BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
A1 : Agar Praktikan mengetahui dan
memahami suatu larutan, apakah asam atau basa dengan menggunakan indikator MM,
MO, Penolftalin, kertas lakmus merah dan biru serta universal indikator pH.
A2 : Membuat larutan baku primer asam oksalat
(sudah tersedia)
A3 :
Dengan larutan baku primer, maka akan mendapatkan titar dari NaOH dengan menggunakan indikator PP.
A4 :
Menentukan
kadar asam asetat/cuka (CH3COOH) mereaksikannya dengan NaOH 0.1 N
dengan menggunakan indikator PP
dan tentukan dalam %
A5 : Membuat larutan bahan baku primer
boraks (sudah tersedia)
A6 : Dengan larutan bak primer boraks, akan di dapat titar dari HCl dengan titrasi menggunakan indikator MO
A7 : Menentukan kadar NaHCO3 (basa lemah dengan asam kuat) dengan
menggunakan indikator MO
A8 : Menentukan kadar titrasi dari larutan campuran Na2CO3
dan NaHCO3 (campuran basa lemah dengan asam kuat) dengan indikator
PP dan MO
A9 : Menentukan kadar titrasi dari larutan campuran NaOH dan Na2CO3
dengan indikator PP dan MO
BAB II
TEORI DASAR
1. Teori Dasar Asam Basa
Asam dan basa
ataupun netral merupakan sifat suatu larutan, sedangkan menurut teori para
ahli, asam dan basa adalah sebagai berikut :
Arrhenius
Asam adalah
zat yang melarut ke dalam air memberikan ion-ion H+, dan basa adalah zat yang melarut dalam air untuk memberikan ion-ion OH-.
Bronsted Lowry
Asam : adalah
zat yang memberikan proton
HCl --------------- H + Cl
asam proton
Basa : adalah
zat yang menerima proton
NH3
---------------- NH4
basa proton
Lewis
Asam adalah
zat yang dapat menerima
sepasang electron sunyi dan basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang
electron sunyi.
Suatu larutan dapat diketahui apakah asam atau
basa dengan menambahkan indikator yang merupakan zat organik yang mempunyai
warna asam atau basa yang berbeda dengan warna ionnya.
Indikator suatu larutan bersifat asam
ialah kemampuan larutan itu mengubah kertas lakmus biru menjadi merah,
sedangkanpada lakmus merah tidak bereaksi. Suatu larutan bersifat basa apabila
larutan tersebut mampu mengubah kertas slakmus merah menjadi lakmus biru,
sedangkan pada lakmus biru tidak bereaksi.
Beberapa contoh indikator yang biasa dipakai untuk mengetahui jenis
larutan antara lain :
No
|
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil
Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil
Merah (MM)
|
4,2
– 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Phenoftalin
(PP)
|
8,2
– 10,0
|
Tak
berwarna
|
Merah
|
Universal indikator pH yang berbentuk stick/ paper mampu
menunjukkan nilai ph dari 1-14, dengan cara mencelupkan kertas tersebut kedalam
larutan lalu dilihat warna yang muncul dan kemudian samakan dengan warna yang
terdapat dalam kemasan.
- Teori Dasar Titrimetri
Titrimetri atau
volumetrik adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengkuran volume larutan
pereaksi yang mempunyai kepekaan tertentu dan direaksikan dengan larutan contoh
yang sedang ditetapkan kadarnya. Cara ini disebut titrasi atau penitaran.
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif
yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena
pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga
dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari
bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan
stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan
reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan:
(a) molekul analit A bereaksi dengan
(t)
molekul pereaksi T.
Pereaksi T, disebut
titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam
bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu
proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang
ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran
telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat
menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap
adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari
asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan
terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi
tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua
titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan
salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut
proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik sering digunakan
daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah
titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi
oleh titrasi.
Cara
titrasi ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :
- Pengerjaannya lebih sederhana, cepat dan kemungkinan timbulnya kesalahan relatif kecil.
- Penggunaan pereaksi / zat kimia lebih hemat.
Metode Titrasi
1. Titrasi dapat dilakukan dengan
berbagai metoda, diantaranya yaitu :
2. Titrasi asam dan basa ( Asidimetri
dan Alkalimetri ).
3. Titrasi Oksidimetri.
4. Titrasi Reduktometri.
5. Titrasi Pengendapan (presipitasi).
6. Titrasi Kompleksometri.
Ada 3 jenis dalam
titrasi asam basa
Dalam
penggunaan metoda titrasi, yang pertama kali diuji dalam metoda titrasi asam-basa.
1.
Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Contoh
titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL larutan HCl 0,1 M
dengan NaOH 0,1M. Kurva titrasinya akan akan memperlihatkan bahwa di sekitar
titik ekivalen terlihat garis kurva naik tajam,yang mengartikan bahwa pada
daerah tersebut, penambahan sedikit NaOH telah menimbulkan perubahan pH yang
besar. Oleh karena itu, indikator dimasukkan pada larutan asam yang akan
dititrasi bukan pada larutan basa
2.
Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Contoh
titrasi asam lemah dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL CH3COOH 0,1 M dengan
larutan NaOH 0,1. Kurva titrasi memperlihatkan bahwa setelah titik ekivalen, pH
larutan cenderung naik
3.
Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Contoh
titrasi antara basa lemah dengan asam kuat adalah titrasi 25 mL NH4OH dengan
HCl 0,1M. Titrasi ini mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, tetapi
kurva yang terjadi kebalikannya, cenderung turun.
Cara Menghitung Hasil
Titrasi
Normalitas (N)
Jumlah gram setara zat
yang dititar = jumlah gram setara larutan baku.
Rumus Umum :
N1
x V1 = N2 x V2
Dimana : N1 = Normalitas yang dititar
N2
= Normalitas penitar
V1
= Volume yang dititar
V2
= Volume penitar
V1 + N1
dan V2 diketahui maka N2 dapat dicari dengan rumus :
jumlah milligram setara
jumlah mol
jumlah
milligram setara = jumlah mL x N
Pengenceran
Bila suatu larutan
diencerkan volumenya akan bertambagh sedangkan kepekatannya akan berkurang,
tetapi jumlah bobot yang dilarutkan akan tetap. Dalam perhitungan, pengenceran
dinyatakan dengan P = faktor pengenceran.
Pada percobaan A7, A8,
dan A9 pengenceran dilakukan dengan menggunakan air suling yang tidak
mengandung CO2, sedangkan pada percobaan A3, A4, dan A6 menggunakan
air suling biasa.
Menghitung Kadar Zat
Percobaan A3, A4, dan A6, A7
dalam gram/Liter
Kadar = ml x N x BE x fP
dimana :
ml = larutan penitar
N = Normalitet larutan
penitar
BE = Bobot setara zat yang
ditetapkan
fP = Faktor pengenceran
Percobaan A8
dan A9
Kadar Kadar Na2CO3 = ( 2 x a ) ml x N x P x BE
Kadar NaHCO3 = ( b – a ) ml x N x P x BE
Kadar Kadar NaOH = ( a – b ) ml x N x P x BE
Kadar NaHCO3 = ( 2 x b ) ml x N x P x BE
BAB III
ALAT DAN PEREAKSI
- Alat
1.
Neraca analitik
2.
Corong gelas
3.
Labu ukur 100 ml
4.
Erlenmeyer 250 ml
5.
Pipet volume 10 ml dan
25 ml
6.
Buret 50
ml
7.
Piala
gelas 100 ml
- Pereaksi
A1 ( Larutan Asam Basa)
1.
asam khorida (HCl) 0,1 N . 1 N
2.
asam sulfat (H2SO4)
0,1 N . 1 N
3.
asam asetat (CH3COOH)
0,1 N . 1N
4.
asam oksalat (H2C2O4)
0,1 N . 1N
5.
asam nitrat (HNO3) 0,1
N . 1N
6.
natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N .
1N
7.
natrium karbonat (Na2CO3)
0,1 N . 1N
8.
natrium bikarbonat (NaHCO3)
0,1 N . 1N
9.
natrium khorida (NaCl) 0,1N. 1N
10.
amonium hidroksida (NH4OH)
0,1 N . 1N
A3
(Menetapkan titar NaOH dengan larutan baku
Asam Oksalat 0,1000 N)
1.
NaOH dengan N dicari
2.
Asam Oksalat 0.1000 N
3.
Indikator PP
A4
(Menetapkan kadar Asam Asetat (cuka) dengan NaOH)
1.
NaOH 0.1 N
2.
Asam asetat (cuka)
3.
Indikator PP
A6(Menetapkan Titar
HCl dengan larutan baku
Boraks 0,1000N)
1.
HCl 0.1… N
2.
Boraks 0.1000 N
3.
Indikator MO
A7
(Menetapkan kadar NaHCO3)
1.
NaHCO3 0.25 N
2.
HCl 0.1 N
3.
Indikator MO
A8
(Menetapkan kadar campuran NaHCO3 dan Na2CO3)
1.
Larutan contoh NaHCO3 +
Na2CO3
2.
Larutan HCl 0.1 N
3.
Indikator PP dan MO
A9
(Menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3)
1.
Larutan Contoh NaOH + Na2CO3
2.
Larutan HCl 0.1 N
3.
Indikator PP dan MO
BAB IV
REAKSI
A3 (Menetapkan titar NaOH dengan larutan baku Asam Oksalat
0,1000 N)
(COOH2)2
+ 2NaOH Na2C2O4
+ 2H2O
A4 (Menetapkan kadar Asam Asetat (cuka) dengan NaOH)
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
A6
(Menetapkan Titar HCl dengan larutan baku Boraks 0,1000N)
2HCl + Na2B4O7 2NaCL + H2B4O7
A7 (Menetapkan kadar NaHCO3)
CO2
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
H2O
A8 (Menetapkan kadar campuran NaHCO3 dan Na2CO3)
Na2CO3
+ HCl NaHCO3 + NaCl
CO2
Dengan + HCl NaCl + H2CO3
H2O
A9 (Menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3)
- Dengan indikator PP terjadi reaksi:
NaOH + HCl NaCl + H2O
Na2CO3
+ HCl NaHCO3 + NaCl
- Dengan indikator MO terjadi reaksi:
CO2
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
H2O
BAB V
CARA KERJA
Cara Kerja A1
1)
Siapkan
tabung reaksi (3 buah) yang bersih, beri tanda atau nomor agar zat yang diamati
tidak tertukar, kemudian ketiganya diisi
dengan larutan yang akan diamati sifat dari larutan tersebut kira-kira 1-2 ml.
2)
Diteteskan
ke dalam masing-masing tabung reasi indikator PP selanjutanya amati perubahan
yang terjadi.
3)
Kemudian
cuci masing-masing tabung reaksi, percobaan diulangi pengerjaannya seperti yang
diatas tetapi dengan mempergunakan indicator yang lain, yakni Metyl Merah (MM),
amati warna yang terjadi. Selanjutnya lakukan pengerjaan dengan indicator Metyl
Orange (MO).
4)
Selanjutnya
tes dengan kertas lakmus merah dan biru, caranya yakni dengan menggunakan pipet
tetes kemudian meneteskan masing-masing 1 tetes larutan pada kedua lakmus,
amati perubahan warna yang terjadi.
5)
Untuk
mengetahui berapa nilai pH masing-masing larutan dapat digunakan kertas
Universal indicator pH, yakni dengan mencelupkan kertas pH tersebut ke dalam
larutan, kemudian bandingkan warna yang dihasilkan dengan standar warna pada
pack atau kemasan kertas Universal indicator pH.
Cara Kerja A2 (larutan
telah tersedia)
Cara Kerja A3
1). Buret
dibersihkan dan dibilas dengan air suling
2). Buret dibilas
dengan lar NaOH ..N, diisi
hingga penuh dan dihimpitkan
digaris
(skala) nol.
3). Lar baku
(COOH)2 0,1000N
dipipet 10ml kedalam
Erlenmeyer dan dibubuhi
2 tetes indicator PP
4). Kemudian dititar
dengan lar NaOH dari buret hingga titik akhir berwarna merah
muda
5). Titar NaOH
dihitung kadarnya dalam g/l
Cara Kerja A4
1). Buret
dibersihkan dan dibilas dengan air suling
2). Buret dibilasi dengan
lar NaOH 0,1N lalu di
isi hingga penuh dan di himpitkan di garis (skala) nol.
3). Asam Asetat dipipet 25ml kedalam labu ukur 100ml,
diencerkan sampai garis dan dikocok 12 kali
4). Lar
encer dipipet 10 ml kedalam Erlenmeyer dan dibubuhi 2 tetes indicator PP
5). Kemudian
dititar dengan lar NaOH dari buret hingga titik
akhir berwarna merah muda dan
kadar asam asetat dihitung dalam % atau g/l
Cara kerja A5 (larutan telah tersedia)
Cara Kerja A6
1). Buret
dibersihkan dan dibilas denagn air suling.
2). Buret dibilas
dengan HCl dan di isi
hingga penuh dan dihimpitkan digaris (skala) nol.
3). Lar baku boraks
dipipet 10ml kedalam Erlenmeyer
4).
Dibubuhi 2-3 tetes indicator MO.
5). Kemudian dititar dengan lar HCl dari buret hingga titik akhir berwarna jingga.
6).
Titar HCl dihitung
kadarnya dalam g/l
Cara Kerja A7
1). Buret
dibersihkan dengan air suling.
2). Buret diisi
dengan HCl 0,1N (yang diketahui titarnya) di isi hingga penuh dan dihimpitkan digaris (skala)
nol.
3). 25ml lar NaHCO3 0,25N dipipet kedalam labu ukur 100ml lalu
diencerkan dgn
air suling (yang tidak mengandung CO2) sampai tanda garis, kocok 12 kali. Air suling yang dipakai tidak
mengandung CO2
4). 10ml larutan
encer dipipet kedalam Erlenmeyer lalu dibubuhi 2 tetes indikator
MO, kemudian dititar dengan HCl hingga
titik akhir berwarna orange.
5). Hitung kadar NaHCO3 asal.
Cara Kerja A8 dan A9
1).
Membersihkan buret dengan air suling.
2).
Mengisi buret dengan HCl 0,1N (yang diketahui titarnya).
3).
25ml lar contoh dipipet dan diencerkan dengan air suling tak mengandung CO2, kocok 12 kali .
4).
10ml lar dipipet kedalam Erlenmeyer lalu dibubuhi 2 tetes PP.
5).
Lalu dititar dengan lar HCl dari buret, larutan tetap tidak berwarna .
6).
kemudian dibubuhi 2 tetes
MO dan titrasi
diteruskan lagi sampai
berwarna
orange.
7).
Kadar Na2CO3 dan NaHCO3
masing-masing dihitung dan prosentase campuran
Tersebut untuk A8.
8). Kadar Na2CO3 dan NaOH masing-masing dihitung dan prosentase campuran
Tersebut untuk A9.
BAB VI
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Data
dan Perhitungan A1
no
|
Larutan
|
Indicator
|
Lakmus
|
pH
paper
|
Ket
|
|||
PP
|
MO
|
MM
|
merah
|
biru
|
||||
1
|
HCl 0.1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
2
|
HCl 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
3
|
H2SO4
0.1 N
|
Tb
|
M
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
4
|
H2SO4
1 N
|
Tb
|
M
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
5
|
CH3COOH 0,1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
4
|
Asam
|
6
|
CH3COOH 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
3
|
Asam
|
7
|
H2C2O4 0,1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
8
|
H2C2O4 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
9
|
HNO3 0.1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
10
|
HNO3 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
M
|
M
|
1
|
Asam
|
11
|
NaOH 0.1 N
|
M
|
O
|
K
|
B
|
B
|
12
|
Basa
|
12
|
NaOH 1 N
|
M
|
O
|
K
|
B
|
B
|
14
|
Basa
|
13
|
Na2CO3
0,1 N
|
Tb
|
O
|
K
|
B
|
B
|
10
|
Basa
|
14
|
Na2CO3
1 N
|
M
|
O
|
K
|
B
|
B
|
11
|
Basa
|
15
|
NaHCO3 0.1 N
|
M
|
O
|
K
|
B
|
B
|
10
|
Basa
|
16
|
NaHCO3 1 N
|
M
|
O
|
K
|
B
|
B
|
11
|
Basa
|
17
|
NaCl 0.1 N
|
-
|
-
|
-
|
B
|
M
|
7
|
Garam
|
18
|
NaCl 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
B
|
M
|
7
|
Garam
|
19
|
NH4OH 0.1 N
|
Tb
|
O
|
K
|
B
|
B
|
10
|
Basa
|
20
|
NH4OH 1 N
|
Tb
|
O
|
M
|
B
|
B
|
10
|
Basa
|
Ket :
tb = tidak berwarna M = merah O = orange K = kuning B = biru
Data
dan Perhitungan A2 dan A3
Titrasi
|
Vawal
|
Vakhir
|
Volume
|
I
|
0,0 ml
|
16,5 ml
|
16,5 ml
|
II
|
0,0 ml
|
16,8 ml
|
16,8 ml
|
Volume rata-rata = = = 16.65 ml
dik: V1 = 25 ml
V2 = 16,65 ml
N1 = 0,1000 N BE = 40
dit: NNaOH
?
jwb : V1. N1= V2 . N2
25 x 0,1000 = 16,65 x N2
N2 =
= 0,1501 N
N
NaOH = 0,1501 N
kadar NaOH = NNaOH x BE NaOH
= 0,1501 x 40 = 6,004 g/l
Data dan
Perhitungan A4
Titrasi
|
V awal
|
V akhir
|
Volume
|
I
|
0.0 ml
|
31.7 ml
|
31.7 ml
|
II
|
0.0 ml
|
31,6 ml
|
31.6 ml
|
Volume rata-rata = = = 31.65 ml
P = faktor pengenceran,
untuk pemipetan 25ml :
P = x= 160
dik: N NaOH = 0.15
BE CH3COOH
= 60
dit: kadar?
Kadar = Vrata-rata . N NaOH . BE CH3COOH .
P mg/l
=
31.65 . 0.15 . 60 . 160 mg/l
=
45576 mg/l
=
45,576 g/l
CH3COOH % = x 100%
= x100% = 4.5576 %
Data dan Perhitungan A5 dan A6
Titrasi
|
Vawal
|
Vakhir
|
Volume
|
1
|
0.0 ml
|
28.7 ml
|
28.7 ml
|
2
|
0.0 ml
|
28.6 ml
|
28.6 ml
|
Volume rata-rata = = = 28.65 ml
dik : N Boraks = 0.1000 N
BE
Boraks = 190.6
dit : kadar HCl?
jwb: VBoraks
. NBoraks = VHCl .
NHCl
25 . 0.1000 = 28.65 . NHCl
NHCl =
= 0.0872 N
kadar HCl = NHCl . BE
=
0.0875 . 36.5
=
3.1828 g/l
Data dan Perhitungan A7
Titrasi
|
Vawal
|
Vakhir
|
Volume
|
1
|
0.0 ml
|
8.0 ml
|
8.0 ml
|
2
|
7.9 ml
|
15.9 ml
|
8.0 ml
|
3
|
0.0 ml
|
7.9 ml
|
7.9 ml
|
4
|
7.8 ml
|
15.6 ml
|
7.8 ml
|
Volume rata-rata = = = 7.925 ml
dik : N HCl =0.87 N
BE
NaHCO3 = 84
fP
=
dit
: kadar NaHCO3
jwb: NaHCO3 = x ml x N HCl x BE x fP
= 7.925 x 0.087 x 84 x 400
= 23116,36 gr
= 23,11636 gr/l
V1.N1=
V2 . N2
N1 =
= 0.027579 N
N1 =
gr = N . BE
= 0.027579 . 84
= 2.316636 gr
Di
kalikan dengan pengenceran 2.316636 x = 23.16636 gr/l
Data dan Perhitungan A8
Titrasi
|
Vawal
|
Vakhir
|
Volume
|
|
I
|
PP
|
0.0 ml
|
1.9 ml
|
1.9 ml
|
MO
|
1.9ml
|
5.8 ml
|
3.9ml
|
|
II
|
PP
|
6.0 ml
|
7.8 ml
|
1.8 ml
|
MO
|
7.8 ml
|
11.7 ml
|
3.9 ml
|
Vrata-rata (a) = = 1.85 ml
Vrata-rata (b) = = 3.9 ml
§ PP :
BE Na2CO3 = 53
fP =
= 400 ml
NHCl
= 0.0995 N
kadar
Na2CO3 = ( 2 x a ) ml x NHCl x BE Na2CO3 mg/l x fP
= ( 2 x 1.85) . 0.0995 .
53 . 400 mg/l
= 7804,78 mg/l
= 7,80478 g/l
§ MO :
BE
NaHCO3 = 84
fP =
= 400 ml
NHCl = 0.0995 N
kadar NaHCO3 = ( b - a ) ml x NHCl x BE NaHCO3 mg/l fP
=
(3.9 – 1.85) . 0.0995 . 84. 400 mg/l
=
6853,56 mg/l
=
6,85356 g/l
§ % kadar Na2CO3 = x 100%
=
x
100%
=
53.244 %
§ % kadar NaHCO3 = x
100%
= x
100%
=
46.755 %
Perbandingan Na2CO3 : NaHCO3 = 7.8 : 6.8
=
3.9
: 3.4
Data dan Perhitungan A9
Titrasi
|
Vawal
|
Vakhir
|
Volume
|
|
I
|
PP
|
9.0 ml
|
17.8 ml
|
8.8
ml
|
MO
|
17.8 ml
|
19.9 ml
|
2.1 ml
|
|
II
|
PP
|
32.0 ml
|
40.6 ml
|
8.6 ml
|
MO
|
40.6 ml
|
42.9 ml
|
2.3 ml
|
|
III
|
PP
|
0.0 ml
|
8.9 ml
|
8.9 ml
|
MO
|
8.9 ml
|
11.2 ml
|
2.3 ml
|
§ PP
Vrata-rata (a) = = 8.76 ml
§ MO
Vrata-rata (b) = = 2.23 ml
§ kadar NaOH
BE
NaOH = 40
fP =
= 400 ml
NHCl = 0.0995 N
kadar NaOH = ( a - b ) ml x NHCl x BE NaOH x fP mg/l
=
(8.76 – 2.23) . 0.0995 . 40 . 400 mg/l
=
10395.76 mg/l
=
10.39576 g/l
§ kadar Na2CO3
BE Na2CO3 = 53
fP =
= 400 ml
NHCl = 0.0995 N
kadar
Na2CO3 = ( 2 x b ) ml x NHCl x BE Na2CO3 x fP mg/l
= ( 2 x 2.23) . 0.0995 .
53 . 400 mg/l
= 9407.924 mg/l
= 9.407924 g/l
§ % kadar NaOH = x 100%
=
x
100%
=
52.49 %
§ % kadar Na2CO3 =
x
100%
= x
100%
=
47.5 %
BAB VII
DISKUSI
Percobaan A1
Sifat asam atau basa
suatu larutan dapat di uji dengan beberapa cara, contohnya dengan meneteskan
larutan PP, MO, atau MM. Dimana PP hanya akan bereakdi dengan memerahkan larutan
yg bersifat bassa, MO akan bereaksi dalam asam dengan berwarna merah, dan
begiyu pula dengan MM akan bereaksi dengan berwarna merah pada keadaan Asam.
Sehingga hanya pada fenoftalin yang akan berwarna merah di saat larutan
bersifat basa. Dan sesuai data yang di dapat bila larutan bersifat netral makan akan berwarna
sesuai dengan warna indikator tersebut.
Bila larutan di uji
dengan lakmus, maka larutan asam akan memerahkan lakmus, dan basa akan
membirukan lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Ketelitian harus di
perhatikan pada pengujian indikator universal, di karenakan dengan indikator
ini menentukan berapa nilai pH larutan tersebut, dimana penyamaan warna harus
teliti, penyamaan ini disamakan dengan warna indikator yang sudah di sediakan
dan dapat menentukan nilai ph dimana di bawah 7 adalah asam tepat 7 adalah
garam dan di atas 7 merupakan larutan basa.
Percobaan A2 dan A3
Pada
percobaan ini yang harus di perhatikan adalah dalam proses penitaran NaOH pada
larutan baku primer asam oksalat yang sudah di sediakan, dalam penitaran yang
harus di perhatikan adalah dalam proses menitar, perbedaan yang seharusnya
adalah 0.1 mm antara titar 1 dan dapat kurang tepat dimana perbedaan yang di
peroleh adalah 0.3 mm, bila terjadi masalah seperti ini maka percobaan di
lakukan lagi beberapa kali agar perhitungan lebih akurat. Sehingga pada saat
perhitungan kadar dari NaOH dan Normalitas yang di cari akan lebih dapat
mendekati dengan ketepatanya.
Percobaan A4
Percobaan ini sama
dengan yang sebelumnya, namun yang menjadi pembeda adalah adanya faktor
pengenceran, dimana 25 ml larutan asam asetat diencerkan dengan labu ukur 100
ml. dan di dapatlah faktor pengenceran sebesar 160. Karena larutan bersifat
asam maka penitaran di gunakan basa kuat yakni NaOH, dengan penambahan
indikator PP pada latutan encer asam asetat. Faktor pengenceran akan
memengaruhi hasil dari kadar titrasi asam asetat maka pengambilan larutan asam
asetat dan saat pengenceran perlu di perhatikan, maka dapat di dapat ketelitian
dalam menghitung dan menentukan kadar asam asetat.
Percobaan A5 dan A6
Percobaan ini hamper
sama dengan percobaan sebelumnya dimana menitrasi larutan bahan baku primer
yang sudah di sediakan namun ini merupakan larutan baku primer boraks. Dan
perbedaan yang lainnya dalah penggunaan indikator MO, indikator ini di pakai
karena titar yang di pakai adalah larutan HCl dimana MO akan bekerja pada
suasana asam (3,1-4,4 pH), maka pada larutan ini di pakai indikator MO,
sehingga proses penitaran dapat di ketahui dengan perubahan yang menunjukan
warna orange/sindur.
Yang membedakan pada
percobaan ini adalah pada saat pengenceran harus menggunakan air suling yang
tidak mengandung CO2 hal ini di maksudkan agar larutan tidak
mengalami reaksi dengan carbon dioksida sehingga dapat mempengaruhi proses
titrasi. Dan menggunakan menggunakan MO karena di titar oleh HCl yang merupakan
asam kuat.
Percobaan A8
Indikator yang di pakai
pada percobaan ini adalah 2 indikator yakni indikator PP dan indikator MO, pada
titrasi ini memakai campuran 2 larutan basa yakni basa lemah dan basa kuat.
Dimana larutan camputan tersebut telah tersedia dan bila di beri PP akan
berwarna merah karena dalam kondisi basa sehingga menggunakan penitar asam
yakni HCl, setelah berwarna bening maka di beri MO dan di titar kembali menjadi
berwarna orange.
Pada perubahan volume
pertama di maksudkan untuk mencari kadar dari Na2CO3, dan
yang kedua untuk mencari NaHCO3. Perubahan kedua akan lebih besar
dari yang pertama karena ini merupakan pengaruh dari bassa kuat yang
membutuhkan asam kuat lebih banyak agar mendapatkan nilai yang netral (garam)
Percobaan A9
Sama halnya dengan A8
namun ini adalah campuran larutan basa kuat, basa lemah dan asam kuat. Dan
terjadi 3 reaksi kimia yang berbeda dan proses titrasi sama dengan percobaan
sebelumnya yakni menghitung perubahan pertama dengan pemberian PP dan kedua
dengan pemberian MO, namun proses pertama harus lebih besar dari yang kedua hal
ini adalah faktor dari basa kuat yang di reaksikan dengan asam kuat, dan yang
kedua adalah basa lemah dengan asam kuat, maka pada perhitungan akan berbeda
karena terjadi 3 reaksi yang berlangsung dalam percobaan ini.
BAB VIII
KESIMPULAN
Kesimpulan A1
Beberapa ciri jika suatu larutan
bersifat :
1.
Asam :
a.
ditambah PP
menjadi tidak berwarna
b.
ditambah MO
menjadi orange
c.
ditambah MM
menjadi merah
d.
tidak
mengubah warna lakmus merah
e.
memerahkan
lakmus biru
2.
Basa :
a.
ditambah PP
menjadi pink
b.
ditambah MO
menjadi orange
c.
ditambah MM
menjadi kuning
d.
membirukan
lakmus merah
e.
tidak
mengubah warna lakmus biru
3.
Netral :
a.
ditambah PP
menjadi tidak berwarna
b.
ditambah MO
menjadi kuning
c.
ditambah MM
menjadi orange
d.
tidak
mengubah warna lakmus merah
e.
tidak
mengubah warna lakmus biru
Secara Teoritis
No
|
Indikator
|
Trayek Ph
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
1.
|
Metil
Orange (MO)
|
3,1 -
4,4
|
Merah
|
Sindur/jingga
|
2.
|
Metil
Merah (MM)
|
4,2
– 6,2
|
Merah
|
Kuning
|
3.
|
Lakmus
|
5,0 - 8,0
|
Merah
|
Biru
|
4.
|
Phenoftalin
(PP)
|
8,2
– 10,0
|
Tak
berwarna
|
Merah
|
Kesimpulan A2
dan A3
Jadi, dari percobaan yang telah
dilakukan, didapatkan normalitas NaOH sebesar 0.1501 N dan kadar NaOH nya
sebesar 6.0040 .
Kesimpulan A4
Jadi, dari percobaan yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa kadar CH3COOH dalam adalah 45.576 dan dalam % sebesar 4.5576 %.
Kesimpulan A5
dan A6
Jadi, dari percobaan yang telah
dilakukan, didapatkan normalitas HCl sebesar 0.0872 N dan kadar HCl sebesar 3.1828 .
Kesimpulan A7
Jadi, dari percobaan yang telah
dilakukan, didapatkan bahwa kadar NaHCO3 adalah 23.16636 dan normalitas NaHCO3
sebelum diencerkan adalah 0.027579 N.
Kesimpulan A8
Jadi, dari percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa kadar Na2CO3 [A] adalah 7.80478 dan kadar NaHCO3 [B] adalah 6.85356 dengan
perbandingan 3.9 : 3.4 . Persentase Na2CO3
sebesar 53.224 % dan NaHCO3
46.755%.
Kesimpulan A9
Jadi, dari
percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kadar NaOH [A] adalah 10.39576 dan kadar Na2CO3 adalah 9.407924 . Persentase NaOH sebesar 52.49 % dan persentase Na2CO3
sebesar 47.5 %.
DAFTAR PUSTAKA
Juhana AT, Juju. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung: STT Tekstil.
Lestari, Fitri. 2009. Jurnal Praktik Kimia Umum I. Bandung: STT Tekstil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar